Kamis, 18 September 2008

Penelitian Tindakan Kelas IPA

MENINGKATKAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR IPA
SISWA KELAS VI SDN OMBEN II MELALUI MEMOTEKNIK
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu permasalahan pendidikan saat ini adalah rendahnya mutu pendididkan itu sendiri. Hal ini kita rasakan khususnya pada jenjang pendidikan dasar. Hal ini tentunya mengundang keprihatinan kita semua selaku praktisi pendidikan. Salah satu indikator bahwa mutu pendidikan itu rendah, yaitu masih kurangnya minat pada mata pelajaran tertentu sehingga prestasi belajarnyapun menjadi rendah.
Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah berupa penataran guru, perbaikan sarana dan prasarana, bahkan bantuan dana. Namun kenyataannya mutu pendidikan belum meningkat juga.
Mencermati kondisi tersebut, sebenarnya salah satu faktor yang berpengaruh
terhadap rendahnya mutu pendidikan tersebut, karena gurulah yang langsung berinteraksi dengan siswa, dalam proses pembelajaran. Karena dalam hal ini tugas guru adalah merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi kegiatan pembelajaran tersebut. Jadi kinerja guru akan memberi pengaruh yang cukup signifikan terhadap pencapaian tujuan pendidikan.
Kondisi tersebut menuntut guru untuk meningkatkan kreatifitas, profesionalisme, dan daya inovasinya dalam melaksanakan tugas.

B. Identifikasi Masalah
Pembelajaran gaya lama pada mata pelajaran IPA di mana guru menyampaikan materi dengan berceramah, jauh dari nilai-nilai IPA itu sendiri. Anak belajar IPA secara verbalisme, yang mendorong timbulnya rasa bosan.
Setelah dalam KBM digunakan Alat Peraga Praktek IPA, sebenarnya minat dan aktivitas siswa dalam pembelajaran sudah ada kemajuan. Namun ketika diadakan tes hasil belajar, hasil secara keseluruhan belum maksimal.
Hal ini menarik penulis untuk mengadakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) . Memoteknik dimaksudkan agar terjadi penguatan pengalaman kognitif siswa, sehingga prestasi belajar siswa mengalami peningkatan.

C. Pembatasan Rumusan Masalah
Masalah dalam penelitian ini adalah rendahnya prestasi belajar IPA siswa terutama pembelajaran tentang konsep “ Sistem Tata Surya “.
Adapun rumusan masalahnya adalah :
1. Bagaimanakah jembatan keledai dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA ?
2. Bagaimanakah aktifitas siswa dalam pembelajaran IPA dengan penerapan jembatan keledai ?

D. Tujuan Penelitian
Tujuan Penelitian Tindakan Kelas ini adalah untuk meningkatkan prestasi belajar IPA siswa Sekolah Dasar dengan menggunakan “Jembatan Keledai”. Dan meningkatkan minat siswa dalam pembelajaran.

E. Manfaat Penelitian
Manfaat yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah :
1. Dapat mengidentifikasi seberapa besar peningkatan prestasi belajar IPA dengan diterapkannya jembatan keledai dalam pembelajaran IPA.
2. Dapat menemukan solusi terhadap permasalahan yang timbul dalam pembelajaran sehingga prestasi belajar IPA siswa meningkat.


BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori.
Hal yang akan dijelaskan di sini berhubungan dengan minat, prestasi belajar IPA, dan jembatan keledai sebagai berikut :

1. Minat
Ada beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli tentang minat. Jersild dan Tasch menekankan bahwa minat atau intrest menyangkut aktifitas-aktifitas yang dipilih secara bebas oleh individu. Menurut Doyles Fryer Intrest adalah gejala psikis yang berkaitan dengan obyek atau aktivitas yang menstimulir perasaan senang pada individu.
Kalau kita perhatikan definisi tersebut, minat senantiasa erat hubungannya dengan perasaa individu, obyek, aktivitas, dan situasi. Minat erat hubungannya dengan kebutuhan. (Wayan Nurkancana : 1986 : 229 ).

2. Prestasi
Mengandung pengertian apa yang telah dapat diciptakan dari hasil kegiatan, hasil yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan berusaha. ( Indrawan WS : 216 ).

3. Belajar
Pengertian belajar menurut H.C. Witherington dalam bukunya “ Educational Psychologi “ yang diterjemahkan oleh M. Buchari M,Ed, sebagai berikut :
Dari banyak definisi belajar yang dikemukakan para ahli terdapat suatu unsur yang sama, yaitu adanya perubahan dalam diri orang yang melakukan belajar itu.
Perubahan ini dinyatakan sebagai suatu kecakapan kebiasaan, sikap, pengertian, pengetahuan, dan penerimaan atau penghargaan atau apresiasi. Jadi orang yang belajar tidak sama keadaannya dengan sebelum ia melakukan perbuatan belajar. Perubahan ini meliputi seluruh pribadinya atau pengetahuannya
Hasil belajar tidaklah sama jenisnya. Kecakapan mengandung unsur praktek, sikap berhubungan dengan hal yang mengandung nilai. Pengertian adalah hal yang berhubungan dengan pengalaman rasional.
Belajar yang sebenarnya selalu “Insightfull learning”, yaitu dimengertinya hal yang dipelajari (Kohler : 1925).

4. Jembatan Keledai atau memoteknik
Jembatan Keledai berhubungan dengan ingatan. Ingatan ialah suatu aktifitas pribadi orang untuk “mencamkan ( Pelekatan kesan-kesan sedemikian rupa, sehingga kesan tersebut dapat disimpan dan direproduksi )”. Salah satu usaha untuk memudahkan kemampuan mengingat adalah melalui “Jembatan Keledai” (Soecipto, dkk : 1990).
Jembatan Keledai merupakan pencaman yang melibatkan unsur pribadi untuk menyusun bahan yang tidak berarti menjadi bahan yang berarti. Pribadi mengadakan organisasi terhadap bahan yang belum tersusun menjadi bentuk total. Ini suatu cara belajar yang unik. Dalam hal ini sebenarnya mausia mempunyai aktifitas pribadi untuk selalu berusaha menyusun bahan menjadi lebih berarti, dengan mengadakan pengolahan terhadap bahan tersebut. Contoh “ Jembatan Keledai “ misalnya dalam hal menghafal tangga nada G, D, A, E, ..... dan seterusnya, kita memakai pertolongan : Gadis, Djogja, Amat, Elok, dan seterusnya.


5. Ilmu Pengetahuan Alam
IPA merupakan hasil kegiatan manusia berupa pengetahuan, gagasan, dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar, yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian peoses ilmiah, antara lain penyelidikan, penyusunan, dan pengujian gagasan-gagasan (Kurikulum SD 1994, 1994 : 65).

B. Kajian Hasil Penelitian
Dalam kegiatan pembelajaran tentu melalui tahapan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Ketika dilaksanakan proses pembelajaran, yang membahas tentang konsep System Tata Surya, ternyata dalam KBM minat siswa kurang, hal ini tampak dari pasifnya siswa dalam pembelajaran itu. Untuk mengetahui hasil belajar siswa diadakan evaluasi, ternyata hasilnya juga belum optimal. Kurangnya minat siswa dalam KBM dan rendahnya hasil perolehan / prestasi siswa hal ini merupakan masalah. Selanjutnya penulis merancang strategi penyelesaian masalah, yaitu dalam pembelajaran memanfaatkan model tata surya “ Solar System “ dan memanfaatkan jembatan keledai “MER, VE, BU, MA, YU, SA, U, NE, PLU”. Setelah diobservasi ternyata tingkat aktifitas siswa dalam KBM bertambah. Hasil evaluasi ternyata menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar.
Kegiatan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :

Skema Pelaksanaan Kegiatan
Timbul masalah:
Minat siswa rendah dan hasil perolehan siswa rendah
Perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran
Merancang strategi pemecahan masalah :
Model dan Jembatan Keledai
Melaksanakan Rancangan :
Model dan jembatan keledai
Melaksanakan refleksi: observasi dan tes hasil belajar
Perencanaan kegiatan berikutnya, dan seterusnya.
BAB III
METODE PENELITIAN


A. Obyek Tindakan
Karena penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK), maka obyek tindakan yang diteliti adalah :
1. Minat siswa dalam pembelajaran.
2. Cara / teknik untuk menguatkan ingatan siswa terhadap materi pelajaran, khususnya konsep “Solar System”, sehingga prestasi belajar siswa meningkat.

B. Setting / Lokasi / Subyek
Setting atau lokasi PTK ini adalah SDN Omben II Kecamatan Omben Kabupaten Sampang. Sedangkan subyek penelitian adalah siswa kelas VI sebanyak 12 siswa. Pada mata pelajaran IPA konsep “Solar System” semester II tahun pelajaran 2005 / 2006.

C. Metode Pengumpulan Data
Cara yang ditempuh untuk mengumpulkan data ada dua cara, yaitu dengan melakukan observasi partisipatif selama kegiatan pembelajaran berlangsung.
Sedangkan cara yang kedua mengamati hasil terhadap siswa dengan menggunakan tes hasil belajar.
Hasil observasi digunakan sejauh mana minat atau aktifitas siwa dalam KBM. Sedangkan hasil evaluasi dengan tes hasil belajar digunakan untuk mengetahui tingkat prestasi belajar siswa terhadap materi yang dipelajari.



D. Metode Analisis Data
Metode yang digunakan yaitu untuk data hasil observasi dianalisis berdasarkan kajian Pustaka.
Sedangkan data dari hasil evaluasi dan tes hasil belajar dianalisa dengan menentukan mean atau rata-rata hasil perolehan siswa. Selanjutnya hasil mean tersebut diprediksi tingkat kwalitas mutu (prestasi) siswa keseluruhan / klasikal.

E. Cara Pengambilan Kesimpulan
Kesimpulan diambil atau diperoleh dengan cara deskriptif interpretative berdasarkan perkembangan per siklus.

BAB IV
HASIL PENELITIAN


A. Gambaran Selintas tentang Setting
Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di SD dimana penulis bertugas, yaitu SDN Omben I Kecamatan Omben Kabupaten Sampang, dimana pelaksanaan kegiatannya sebagai berikut :
1. Perencanaan, meliputi penyusunan program pembelajaran, pelaksanaan KBM dan evaluasi.
2. Mengadakan identifikasi terhadap adanya masalah yang timbul saat pembelajaran dan berdasarkan hasil evaluasi (tes tulis).
3. Penulis mengadakan penyelidikan / penelitian terhadap penyebab permasalahan.
4. Penulis merancang suatu cara untuk mengatasi masalah .
5. Penulis melaksanakan rancangan tersebut terhadap kegiatan pembelajaran.
6. Penulis mengadakan refleksi untuk mengetahui tingkat efektifitas rancangan yang telah diterapkan, untuk mengetahui tingkat keberhasilan.

B. Uraian Penelitian Secara Umum / Keseluruhan
Untuk melaksanakan pembelajaran IPA, tentang konsep 10.1. “Siste Tata Surya terdiri atas Matahari dan Benda-Benda Langit Lainnya”, dimana materi ini adalah materi semester II untuk siswa kelas VI, sebelumnya guru merencanakan program pembelajaran yang berupa PMH (Persiapan Mengajar Harian), adapun formatnya sebagaiman yang ada pada lampiran.
Langkah selanjutnya adalah melaksanakan kegiatan pembelajaran. Pada kegiatan pembelajaran ini guru sambil mengamati aktifitas (minat) siswa terhadap pembelajaran, melalui kegiatan observasi. Dalam pembelajaran ini kelas dikelola secara klasikal, sehingga metode yang digunakan adalah metode ceramah dan tanya jawab. Hasil observasi menunjukkan bahwa minat siswa dalam pembelajaran sangat rendah ( siswa terlihat pasif ).
Pada akhir pembelajaran diadakan tes tertulis, untuk mengetahui hasil belaar siswa dan tingkat keefektifan pembelajaran. Hasilnya ternyata perolehan siswa masih belum memuaskan.
Rendahnya minat siswa saat kegiatan pembelajaran dan rendahnya nilai siswa setelah diadakan tes hasil belajar merupakan masalah yang harus diteliti penyebabnya dan harus dicari penyelesaiannya.
Selanjutnya penulis merancang suatu teknik pembelajaran yang dianggap akan dapat mengatasi permasalahan, yaitu memanfaatkan alat peraga / model tata surya dan memakai “Jembatan Keledai” untuk lebih melekatkan konsep dalam ingatan siswa.
Rancangan ini selanjutnya dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran siklus II. Dalam pelaksanaan siklus II, guru mengobservasi untuk mengetahui pengaruh rancangan dan setelah KBM berakhir diadakan tes akhir belajar. Berdasarkan hasil tes ini guru mengadakan refleksi / penyelidikan lagi. Ternyata hasilnya menunjukkan sudah ada peningkatan yang cukup signifikan dari hasil belajar siswa. Penulis menarik kesimpulan bahwa rancangan kegiatan belajar berhasil meningkatkan perolehan belajar siswa.

C. Penjelasan Persiklus
Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan dengan mengikuti tahapan sebagai berikut :
1. Pada tahap I ini digambarkan sebagaimana tabel kegiatan di bawah ini :


TABEL 4.1 GAMBARAN KEGIATAN SIKLUS I

No

Perencanaan

Pelaksanaan

Observasi

Refleksi

1.

· Menyusun Persiapan Mengajar Harian (PMH).
· Menyediakan blanko observasi
· Menyediakan soal tes evaluasi akhir pembelajaran

· Melaksanakan KBM dengan tahapan :
o Kegiatan awal: Appersepsi
o Kegiatan inti: Pembahasan materi tentang “Sistem Tata Surya” (siswa diobservasi)
o Kegiatan akhir: Diadakan tes akhir (post tes)

Diadakan 2 tahap, yaitu:
1. Saat KBM berlangsung, disini ditemukan masalah “rendahnya minat siswa dalam KBM”
2. Observasi terhadap hasil post tes : Menunjukkan bahwa hasil siswa belum memuaskan


§ Mencatat hasil observasi
§ Mencatat dan menganalisis hasil evaluasi
§ Menentukan tindak lanjut


2. Pada tahap II, kegiatan PTK ditunjukkan dalam tabel berikut ini :

TABEL 4.2 GAMBARAN KEGIATAN SIKLUS II

No

Perencanaan

Pelaksanaan

Observasi

Refleksi

1.

Ø Menyusun rencana / rancangan strategi untuk memecahkan masalah
Ø Lemahnya minat siswa diatasi dengan penggunaan “model Tata Surya” dan penerapan metode demonstrasi
Ø Rendahnya hasil belajar dirancang dengan penerapan “jembatan keledai”

Ø Penerapan rancangan strategi dalam pembelajaran yaitu :
v Penggunaan model tata surya
v Penerapan metode demonstrasi
Ø Penerapan jembatan keledai seperti: MER, VE, BU, MA, YU, SA, U, NE, PLU (untuk nama-nama planet). Dan yang lain, misalnya nama satelit alam.


Ø Mengamati perilaku siswa sebagai akibat penerapan rancangan strategi yang digunakan (dalam KBM)
Ø Mengamati hasil perolehan siswa, setelah “jembatan keledai” digunakan dalam KBM berdasarkan hasil tes akhir

Ø Meneliti hasil observasi pada KBM dan meneliti hasil evaluasi (tes hasil belajar)
Ø Merancang strategi untuk pembelajaran berikutnya dan seterusnya.
D. Proses Menganalisis Data
Proses menganalisis data dari hasil penelitian tentang peningkatan minat dan prestasi belajar siswa terhadap mata pelajaran IPA, disajikan dalam dua tahapan, sebagai berikut :

1. Tahapan / Siklus I
Dalam proses pembelajaran siklus I ini materi disajikan secara klasikal dengan menggunakan metode ceramah / tanya jawab, terhadap 12 siswa.
Hasil observasinya sebagai berikut :
TABEL 4.3 ANALISA HASIL OBSERVASI / KEAKTIFAN SISWA TAHAP I
No.
Aspek Observasi
Banyak Siswa
Prosentase
1.
Mencatat materi
12 orang
100 %
2.
Bertanya
3 orang
25 %
3
Menjawab pertanyaan
5 orang
42 %
Rata-rata prosentase keaktifan siswa
56 %
Interpretasi
Berdasarkan analisis tersebut menunjukkan bahwa keaktifan siswa dalam KBM masih kurang / rendah.
Sedangkan hasil analisis data terhadap perolehan tes hasil belajar pada tahap I adalah sebagai berikut :
TABEL 4.4 ANALISIS TES HASIL BELAJAR TAHAP I
No.
Nilai ( X )
Banyak Siswa (Y)
( X x Y )
Keterangan
1
4
2 orang
8

2
5
3 orang
15

3
6
3 orang
18
4
7
3 orang
21
5
8
1 orang
8

J u m l a h
70
Daya Serap
Nilai Rata - Rata
5,8
58 %
Interpretasi
Mengamati hasil analisis data terhadap perolehan tes hasil belajar siswa tahap I rata-rata kelas baru mencapai 5,8. Menurut penulis hal ini masih belum optimal. Dan menunjukkan prestasi yang masih rendah. Hal ini perlu ditingkatkan/ dioptimalkan.

2. Tahapan / Siklus 2
Adapun hasil observasi pada tahap II, seperti berikut ini :
TABEL 4.5 ANALISIS OBSERVASI KEAKTIFAN SISWA TAHAP II

NO.

ASPEK OBSERVASI

BANYAK SISWA

PROSENTASE
1.
Mencatat Materi
12 orang
100 %
2.
Bertanya
5 orang
42 %
3.
Menjawab Pertanyaan
7 orang
50 %
Rata-rata prosentase keaktifan siswa
67 %

Interpretasi
Berdasarkan hasil analisis terhadap hasil observasi terhadap keaktifan siswa, di sini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan perolehan prosentase, dibandingkan tahap I, sebesar 67 % - 56 % = 11 %.
Hasil ini menunjukkan bahwa keaktifan siswa mengalami peningkatan yang signifikan.


Sedangkan hasil analisis terhadap perolehan tes hasil belajar siswa terhadap tahap II, sebagaimana tabel berikut :

TABEL 4.6 ANALISIS TES HASIL BELAJAR TAHAP II

E. Pembahasan dan Pengambilan Kesimpulan
Hasil yang dapat diperoleh dari Penelitian Tindakan Kelas ini adalah rancangan yang digunakan guru untuk mengatasi permasalahan dapat dikatakan berhasil. Dimana terjadi peningkatan minat siswa dalam KBM, sesuai dengan hasil observasi pada tahap I dan tahap II. Dan juga terjadi peningkatan belajar siswa / prestasi hasil belajar yang ditunjukkan oleh perolehan hasil yang semakin baik pada tes hasil belajar tahap II.

TABEL 4.7 PROFIL HASIL PENELITIAN
No.
Obyek Penelitian
Siklus
Prosentase

1.

Minat / Keaktifan Siswa



Dari grafik tersebut di atas tanpak bahwa minat dan prestai belajar siswa
mengalami peningkatan, ini membuktikan bahwa rancangan tersebut berhasil.



BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah :
1. Keaktifan siswa cenderung meningkat dalam pembelajaran jika dalam KBM menggunakan alat peraga / model yang relevan, seperti “ Model Tata Surya “.
2. Prestasi belajar akan meningkat jika digunakan teknik yang tepat dalam pembelajaran, seperti “ Jembatan Keledai “ untuk mempelajari materi yang bersifat kategori. Seperti : MER – VE – BU - MA – YU – SA – U - NE - PLU ( Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Yupiter, Saturnus, Uranus, Neptunus, Pluto ).

B. Saran – Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, saran dari penulis adalah :
1. Hendaknya guru menggunakan alat peraga yang tepat dalam penyampaian materi, seperti model – model yang relevan dengan materi.
2. Hendaknya guru kreatif dalam menciptakan “Jembatan Keledai “ untuk dikembangkan dalam pembelajaran.




DAFTAR PUSTAKA


Arikunto Suharsimi, 1989. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Politik.
Jakarta : PT. Bina Aksara
, 1991. Dasar – Dasar Evaluasi Pendidikan.
Jakarta : Bumi Aksara
Depdikbud, 1991. Kurikulum Pendidikan Dasar – GBPP Sekolah Dasar Kelas VI
Jakarta : Depdikbud
HS. Lamijan, 1991. Pengukuran dan Penelitian Pendidikan
Surabaya : University Press IKIP Surabaya
Hadiat, 1998. Alam Sekitar Kita 4 : Ilmu Pengetahuan Alam untuk Sekolah Dasar Kelas 6
Jakarta : Pusat Perbukuan Depdikbud
Kartadinata Sunaryo, 1986. Bimbingan di Sekolah Dasar
Bandung : 1998 : D2 PGSD Daerah Kabupaten di Madura
Mudjijo, 1990. Test Hasil Belajar
Jakarta : Bumi Aksara
Nurkancana Wayan, 1986. Evaluasi Pendidikan
Surabaya : Usaha Nasional
Soetjipto, 1998. Psikologi Pendidikan
Surabaya : University Press IKIP Surabaya

Belajar di Alam Lebih Menggairahkan Siswa dalam Belajar

BELAJAR DI ALAM LEBIH
MENINGKATKAN GAIRAH BELAJAR IPA SISWA

Bagi siswa, belajar hal yang konkrit lebih mudah daripada
belajar hal abstrak, dan belajar di alam lebih menyenangkan
daripada belajar di dalam kelas.

Oleh :
Mohamad Juri, S.Pd, MMPd

Guru SDN Omben II Kecamatan Omben
Kabupaten Sampang



Dari hasil penetian yang dilakukan oleh beberapa lembaga yang berkompetensi untuk meneliti dunia pendidikan, diperoleh suatu hasil seperti (1) The third International Mathematics and science study Repeat (1999) bahwa kemampuan siswa di bidang matematika dan IPA menempati urutan ke 34 dan 32 dari 38 negara. (2) menurut Human Developmen Index tahun 2002 dan 2003, mutu pendidikan kita berada pada peringkat 110 dari 173 negara dan 112 dari 175 negara yang diteliti. Kesimpulannya bahwa mutu pendidikan di negara kita tergolong rendah, bahkan lebih rendah dari negara Vietnam. Dengan berbagai hasil tersebut tentu kita bertanya –tanya ada apa dengan sistem pendidikan kita ? Apanya yang salah dengan pendidikan kita ? Apa yang harus kita lakukan untuk dapat meningkatkan mutu pendidikan negara kita. Berbagai pertanyaan akan muncul dari benak kita selaku orang yang berkecimpung dalam dunia pendidikan. Hal yang demikian juga muncul dalam diri penulis. Hal tersebut tentunya menggugah kita semua selaku insan yang bersentuhan langsung dengan pendidikan untuk lebih berdaya upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan lebih khusus lagi mutu pembelajaran.
Pemerintah yang dalam hal ini paling bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan Sistem Pendidikan Nasional telah melakukan berbagai upaya sebagai langkah in servece training melakukan berbagai penataran dan Diklat, untuk meningkatkan mutu dan kompetensi guru. Hal tersebut tentu karena adanya suatu asumsi bahwa “ Terdapat korelasi yang cukup signifikan antara kompetensi guru dengan kemampuan guru tersebut dalam merancang strategi pembelajaran, sehingga pada akhirnya akan dapat pula meningkatkan prestasi belajar siswa “. Guru yang bermutu dan guru yang memiliki kompetensi paedagogis yang mantap akan dapat menciptakan suasana pembelajaran yang lebih menarik, menantang, memberikan kesan yang bermakna bagi dan menyenangkan. Lalu langkah kiat – kiat apa yang seharusnya dilakukan oleh guru untuk menciptakan hal – hal yang diharapkan di atas.
Katakanlah dalam pembelajaran IPA, agar pembelajaran IPA yang difasitasi oleh guru dapat menciptakan suasana pembelajaran yang menarik, menantang, dan bermakna bagi siswa, guru harus pandai –pandai merancang strategi pembelajaran, memanfaatkan multi media, dan multi metode, multi aspek (logika, praktika, estetika ).
Pembelajaran IPA yang saat ini berlangsung di lapangan umumnya verbalisme, artinya guru cenderung untuk menjelaskan materi – materi IPA dan konsep –konsep IPA dengan menggunakan metode ceramah yang notabene merupakan metede termudah dan termurah. Tetapi dengan cara konvensional semacam ini, apakah makna dari belajar atau learning itu sendiri tersentuh ? Dan apakah dengan cara – cara belajar semacam ini susuai dengan eksistensi psikologis siswa Sekolah Dasar itu sendiri. Cara – cara belajar IPA yang semacam ini tentu jauh dari kahikat IPA itu sendiri. Nada sinis yang sering dijadikan kelakar bahwa cara mengajar seperti itu dikatakan “ Sastra IPA.” Artinya tidak ada bedanya antara pembelajaran bahasa Indonesia dengan IPA.
Untuk menciptakan suasana yang berbeda dengan hal tersebut tentu dibutuhkan kompetensi profesional yang tinggi, dan pemahaman terhadap siswa itu sendiri. Piaget, mengemukan bahwa tahapan berpikir siswa sekolah dasar berada pada tahapan konkrit operasional, artinya dalam pembelajaran siswa hendaknya dihadapkan pada hal –hal yang konkrit, atau hal-hal nyata yang ada disekitar siswa dan dikenal oleh siswa. Ada sesuatu yang salah dalam cara-cara pembelajaran IPA yang umumnya dilakukan teman-teman guru kebanyakan. Hal yang salah itu yaitu sebelum siswa masuk dunia sekolah siswa umumnya (1) lincah, (2) Selalu belajar apa yang diinginkannya dengan gembira, (3) menggunakan segala sesuatu yang ada di lingkungan sekitar yang menarik perhatiannya, (4) membangun sendiri pengetahuan dan pemahaman lewat pengalaman nyata sehari –hari. Hal ini bertentangan dengan setelah anak masuk ke dunia persekolahan, yaitu (1) anak dipaksa belajar dengan cara guru, (2) pembelajaran berlangsung tegang, (3) suasana belajar kurang menarik dan kurang bermakna. Cara –cara seperti ini yang secara konvensional terjadi di lapangan.
Untuk menjawab masalah –masalah di atas diperlukan langkah- langkah inovatif, yang menjadikan kita keluar dari suatu kebiasaan yang selama ini kita lakukan. Guru hendaknya terus mengikuti teori-teori baru dalam dunia pendidikan,yang menjadikannya memanfaatkan strategi belajar aktual dan kontektual.
Sebagai misal kalau guru sedang membahas tentang konsep ekosistem, komunitas, pupulasi, tumbuhan ( bagian –bagian tumbuhan ), akan menjadikan hal lucu apabila hal tersebut diajarkan di dalam kelas dengan metode ceramah. Pembelajaran IPA semacam ini akan menciptakan pembelajaran IPA yang kering dari nilai –nilai IPA.
Tetapi akan tercipta hal yang sebaliknya jika siswa belajar tentang komunitas sawah dan siswa benar-benar berada di sawah. Siswa belajar tentang komunitas kolam, siswa melihat, mengamati, sendiri berbagai makluk hidup yang ada kolam tersebut. Ketika siswa belajar tentang jenis-jenis tulang daun, bagian –bagian bunga, siswa pergi memetik daun sendiri, memetik dan mengamati sendiri dan menggambarkan sendiri bagian –bagian bunga. Selanjutnya sambil mencari tempat yang teduh dibawah pohon- pohon yang rindang, siswa membahas hal-hal yang ditugaskan oleh guru, bertanya tentang gagasannya yang berhubungan dengan alam sekitar, dan mempertanyakan gagasan orang lain tentang alam sekitar. Cara-cara belajar semacam ini dan cara kerja semacam ini telah menciptakan saintis – saintis muda. Tentu hal ini akan sangat berbeda dengan suasana pembelajaran tentang konsep – konsep tersebut hanya bermodalkan kapur dan papan tulis, dan menerapkan cara belajar CBSH ( cata buku sampai habis ). Dan akan tercipta hal yang sangat mengharukan apabila guru mengajarkan konsep IPA yang sebenarnya materinya sangat kaya di lingkungan sekitar tetapi guru mengajarkannya dengan cara berikut:
“ Anak- anak coba kalian catat materi tentang ekosistem , dari halaman ... sampai halaman ...., ingat kalian hafalkan materi itu, karena minggu depan kita ulangan !”
Membawa siswa langsung ke alam sebenarnya merupakan model pembelajaran kontekstual. Sebab dengan belajar secara langsung di alam siswa dapat (1) membangun keterkaitan antara informasi ( pengetahuan baru ) dengan pengalaman ( pengetahuan lain ) yang telah mereka miliki atau mereka kuasai. (2) mereka diajarkan bagaimana mereka mempelajari konsep, dan bagaimana konsep tersebut dipergunakan di dunia nyata di luar kelas.
Membawa siswa untuk belajar langsung di alam, lebih mendekatkan makna dan hakikat dari belajar ( learning ) itu sendiri.
Belajar pada prinsipnya adalah proses membangun makna, dan tercipta antara interaksi siswa dengan lingkungan. Sedangkan perananan guru dalam rangka kegiatan pembelajaran berperan sebagai fasilitator dan motifator.
Akhir datulisan ini hendaknya merupakan suatu yang perlu kita pikirkan dan kita pertimbangkan barsama, yaitu: (1) Kalau disekitar kita tersedia lingkungan alam yang sangat kaya dengan data dan sumber belajar mengapa tidak kita manfaatkan ? (2) Kalau siswa lebih mudah belajar hal- hal yang konkrit mengapa kita mengajarkannya secara abstrak ? (3) Kalau di lingkungan kita tersedia sumber belajar yang murah, mengapa kita memilih yang mahal ? (4) Kalau siswa belajar langsung di alam lebih menggairahkan cara belajarnya mengapa tidak kita turuti ?
Marilah kita renungkan bersama hal-hal tersebut, semoga bermanfaat.





BIODATA PENULIS


N a m a : MOHAMAD JURI,S.Pd,MMPd
NIP : 132 036 445
Pangkat/ Gol.Ruang : Penata Tk.I / III/d
Jabatan : Guru Sekolah Dasar
Unit Organisasi : SDN Omben II Kec. Omben Kab. Sampang
HP. : 08175110108

Makalah E - Learning

Strategi Pembelajaran
PAKEM
di Sekolah Dasar Melalui E- Learning

Oleh :
MOHAMAD JURI, S.Pd.,MMPd

1. Pendahuluan

Kemajuan suatu bangsa salah satu indikatornya, dapat dilihat dari perkembangan dunia pendidikan pada bangsa tersebut. Kemajuan pendidikan juga menggambarkan tingkat tingginya kebudayaan suatu bangsa. Kemajuan sektor pendidikan akan berpengaruh cukup signifikan terhadap kemajuan suatu bangsa, khususnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Demikian pula sebaliknya kemajuan suatu bangsa berpengaruh yang cukup signifikan pula terhadap sektor pendidikannya.
Sekarang bagaimana halnya dengan perkembangan kemajuan pendidikan di negara kita. Kalau kita amati secara kasustik perkembangan pendidikan di negara kita sebenarnya cukup menggembirakan, seperti telah diraihnya prestasi juara I Olympiade Fisika Internasional beberapa kali oleh putera – puteri Indonesia. Hanya saja prestasi ataupun tingkat kemajuan pendidikan di negara kita justru menggambarkan hal yang sebaliknya. Ini terungkap dari hasil penelitian yang oleh lembaga-lembaga internasional yang berkompeten mengadakan penelitian di bidang pendidikan. Bahkan kita berada jauh di bawah Malaysia, dan Singapura, dan yang sangat mengagetkan kita justru berada di bawah Vietnam.
Terlepas dari kriteria – kriteria yang dijadikan acuan dari penelitian tersebut, yang jelas dari hasil penelitian itu, sudah menggambarkan kondisi pendidikan di negara kita saat ini. Hal ini tentunya akan menjadi pemicu bagi kita semua yang kerkecimpung dalam dunia pendidikan untuk lebih meningkatkan kinerja dan inovasi –inovasi dalam dunia pendidikan .
Salah satu inovasi yang perlu dilakukan menurut penulis adalah model dari pelaksanaan pembelajaran. Hal ini perlu dilakukan sebab dalam kegiatan
pembelajaran inilah transfer berbagai kompetensi berlangsung.
Harapan dari penulis adalah model pembelajaran konvensional saat ini di Sekolah-sekolah Dasar, perlu diadakan pembaharuan- pembaharuan ke arah pembelajaran yang PAKEM ( Pembelajaran Aktiv Kreatif Efektif Menyenangkan ).
Sesuai dengan kondisi saat ini dimana perkembangan teknologi sangat pesat, khususnya di bidang teknologi informasi. Jadi sudah merupakan keharusan untuk memanfaatkan teknologi informasi tersebut ke dalam dunia pendidikan khususnya di Sekolah Dasar. Di samping prilaku guru dalam KBM, memanfaatkan Teknologi informasi ( komputer / internet ) merupakan salah satu strategi pembelajaran yang PAKEM.
Karya tulis ini sengaja ditulis untuk memberikan masukan dan sumbang saran agar model pembelajaran di Sekolah Dasar terjadi perubahan ke arah peningkatan yang lebih signifikan dibandingkan kondisi yang ada saat ini. Menurut penulis eksistensi pembelajaran yang ada di sekolah dasar saat ini pada umumnya masih teacher sentris, dan belum memanfaatkan media pembelajaran secara optimal, khususnya belum memanfaatkan media teknologi informasi, khususnya internet. Sehingga pembelajaran PAKEM tidak tercipta.

2. Permasalahan

Hal yang menjadi permasalahan dalam penulisan makalah ini meliputi hal- hal di bawah ini :
Bagaimana kondisi pembelajaran di sekolah dasar saat ini ?
Bagaimana suatu pembelajaran dikatakan PAKEM ?
Apa sebenarnya yang dimaksud dengan E- Learning ?
d. Bagaimana E – Learning dapat menciptakan pembelajaran PAKEM di Sekolah Dasar ?

3. Pembahasan Masalah

a. Tinjauan Kondisi Pembelajaran di Sekolah Dasar Saat ini.

E. Mulyasa, 2005 menyatakan bahwa guru, kreatif, profesional, dan menyenangkan harus memiliki berbagai konsep dan cara untuk mendongkrak kualitas pembelajaran. Langkah untuk mendongkarak kualitas pembelajaran antara lain dengan mengembangkan kecerdasan emosi, mengembangkan kreatifitas
dalam pembelajaran, mendisiplinkan peserta didik dengan kasih sayang, membangkitkan nafsu belajar, memecahkan masalah, mendayagunakan sumber belajar, dan melibatkan masyarakat dalam pembelajaran.
Sesuai dengan pendapat di atas ada satu hal yang menarik perhatian penulis yaitu mendayagunakan sumber belajar. Disini sesuai benar dengan harapan penulis bahwa sumber belajar untuk kegiatan pembelajaran harus lebih variatif, hal ini untuk meningkatkan kualitas dari mutu pembelajaran itu sendiri. Salah satu sumber belajar yang sangat sedikit disentuh adalah sumber belajar yang memanfaatkan media elektronika atau komputer. Hal ini tidak terlepas dari minimnya penguasaan guru-guru di Sekolah Dasar terhadap media ini, disebabkan pula kerena adanya beberapa sekolah di tanah air kita yang belum memliliki alat tersebut dengan berbagai alasan, tidak ada dana, tidak ada tenaga yang mampu mengoperasikan dan lain-lain. Sebagai akibatnya kegiatan pembelajaran berlangsung dengan memanfaatkan sumber belajar yang itu- itu saja, yaitu guru dan buku. Sebagai akibat dari kondisi ini siswa akan belajar dengan situasi yang monoton dari hari ke hari.
Dan sudah umum yang terjadi di lapangan saat ini yaitu bahwa pembelajaran terjadi dengan dominansi dari guru. Artinya pembelajaran berlangsung dengan peranan guru yang sangat dominan, dan umumnya metode yang sering digunakan adalah metode ceramah. Dengan kondisi seperti ini pembelajaran berlangsung secara teacher centrys.

b. Kondisi Pembelajaran yang PAKEM

Istilah pembelajaran sendiri, mengacu pada segala daya dan upaya yang sengaja dikondisikan untuk terjadinya proses belajar pada diri siswa. Sedangkan istilah belajar sendiri memeliki pengertian, suatu proses fisik dan psikis pada diri siswa. Dimana seseorang yang menagalami peristiwa belajar akan berbeda keadaannya dengan kondisi sebelum dia mengalami belajar, seperti dia akan semakin memiliki banyak pengetahuan ( kognitif ), memiliki sikap yang semakin dewasa ( afektif ), dan memiki beberapa keterampilan gerak, yang juga semakin bertambah ( psikomotor ).
Oemar Hamalik, 2001 menyatakan bahwa Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Di dalam interaksi inilah terjadi serangkaian pengalaman belajar. Sedangkan William Burton, mengemukakan bahwa A good learning situation consist of a rich and varied series of learning experiences unified around a vigorrous purpose and carried on in interaction with a rich, varied and propocative environment.
Pembelajaran dikatakan PAKEM apabila A = Aktif, disini maksudnya siswa aktif bertanya, mengemukakan gagasan, sedangkan guru aktif memantau kegiatan belajar siswa. K = Kreatif, artinya siswa merancang atau membuat sesuatu, menulis atau mengarang, sedangkan guru kreatif mengembangkan kegiatan pembelajaran yang beragam. E = Efektif, artinya tujuan pembelajaran tercapai. Sedangkan M = Menyenangkan, artinya melalui model pembelajaran yang dikembangkan guru membuat anak berani mencoba berbuat, berani bertanya, berani mengemukakan gagasan dan lain-lain, dan siswa merasa enjoy dalam belajar.
Sudjana, 1991 menyatakan bahwa kondisi pembelajaran yang berkualitas dipengaruhi oleh faktor-faktor : Tujuan pengajaran yang jelas, bahan pengajaran yang memadahi, metodelogi pengajaran yang tepat, dan cara penilaian yang baik. Bahan pengajaran adalah seperangkat materi keilmuan yang terdiri atas fakta, konsep, prinsip, generalisasi suatu ilmu pengetahuan yang bersumber dari kurikulum. Saat ini hal-hal tersebut akan merupakan suatu kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa.
Di dalam metodelogi pengajaran ada dua aspek yang paling menunjol yaitu metode mengajar dan media pengajaran, sebagai alat bantu mengajar, dimana media pengajaran ini merupakan salah satu lingkungan belajar yang dikonsikan oleh guru.
Salah satu ciri dari pelaksanaan pembelajaran yang PAKEM adalah dimanfaatkannya media pembelajaran, dalam proses pembelajaran. Di zaman yang serba canggih seperti kondisi saat ini dimana teknologi berkembang sedemikian pesatnya, komputer sudah bukan merupakan barang yang langka dan mewah. Dengan adanya media komputer sebagai pengolah informasi sudah selayaknyalah apabila di tiap- tiap sekolah dasar minimal memiliki satu unit komputer. Baik komputer sebagai sarana pengolah administrsi sekolah, dan akan lebih baik lagi apabila komputer dapat berfungsi sebagai media pembelajaran bagi siswa.

c. Tinjauan tentang E- Learning

Istilah E – learning tergolong hal baru dan hal aktual dalam khasanah perkekembangan Ilmu pengetahuan. Istilah ini muncul seiring dengan perkembangan kemajuan dunia elektronika yang berkembang saat ini. Artinya mencari literatur yang membahas tentang e – learning ini untuk saat ini tergolong sulit.
Dalam hal ini penulis berupaya menganalis e – learning dari susunan kata – kata e-learning itu sendiri. Istilah e-learning muncul seiring dengan dimanfaatkannya alat- alat elektronika dalam kehidupan manusia, terutama teknologi yang berbasiskan komputer sebagai alat pengolah data dan informasi. Dan terlebih lagi dengan dimanfaatkan atau munculnya internet dalam kehidupan manusia. Istilah e-learning muncul seiring dengan munculnya istilah e-e yang lain, seperti: E-Goverment ( strategi pembangunan dan pengembangan sistem pelayanan publik berbasis teknologi digital), E-Tendering, dan lain-lain.
Istilah E-Learning sebenarnya merupakan frase yang tersusun dari dua kata yaitu kata Electronic disingkat E, dan kata Learning yang dalam bahasa Indonesia berarti pembelajaran. Dengan demikian e-learning memiliki pengertian “ Pembelajaran dengan memakai atau memanfaatkan teknologi komunikasi dan informasi “.
Perkembangan teknologi komonikasi saat ini semakin canggih. Kalau pada awalnaya jaringan sarana komonikasi masih memanfaatkan kabel, maka saat ini jaringan komunikasi sudah memanfaatkan gelombang elektromagnetik atau gelombang radio yang tanpa kabel. Saat ini kebanyakan orang sudah memanfaatkan informasi dengan memanfaatkan jaringan data pada komputer dengan cara mengadakan koneksi ke komputer lain, hal ini dikenal dengan istilah internet. Dengan adanya jaringan internet ini seseorang dapat mengakses data apa saja dengan melakukan browsing ke berbegai penyelia data ( server ) di berbegai belahan bumi ini. Artinya dengan adanya internet ini masalah ruang tidak menjadi halangan. Sebagai misal kita dapat mengakses data dari berbagai tempat di Amerika dengan memanfaatkan layanan Yahoo, hanya dalam hitungan detik, berbagai data berhasil kita akses.
Data-data tersebut sebenarnya dapat kita manfaatkan sebagai materi pembelajaran ( learning ) di sekolah dasar. Tentunya dalam hal ini diperlukan suatu keterampilan khusus, yang pertama keterampilan memanfaatkan atau mengoperasikan komputer, dan yang terutama penguasaan dalam menggunakan fasilitas internet. Disini dibutuhkan guru yang terampil, yang pertama terampil mengeperasikan komputer, dan yang selanjutnya harus terampil pula memanfaatkan internet. Jika hal ini terpenuhi maka teknologi komunikasi dan informasi yang ada pada internet dapat digunakan dalam pembelajaran.

d. Upaya Memanfaatkan E-learning untuk Menciptakan Pembelajaran
yang PAKEM di Sekolah Dasar

Tidak dapat dipungkiri bahwa eksistensi sekolah-sekolah dasar di negara kita sangat beragam. Hal ini tidak terlepas dari faktor giografis dan topografis di negara kita yang beragam pula. Ditambah pula adanya faktor kultural yang ada pada berbagai suku juga beragam.
Terlepas dari hal diatas telah kita ketahui bersama bahwa keberadaan seperangkat komputer pada suatu sekolah sampai saat ini secara garis besar masih cukup jarang, artinya sekolah yang memiliki fasilitas komputer dengan sekolah yang belum memiliki fasilitas komputer masih banyak yang belum memiliki fasilitas komputer. Hal ini dikarenakan beberapa faktor, yaitu (1) faktor dana, artinya sekolah tidak cukup dana untuk membeli seperangkat komputer, (2) faktor kemampuan penguasaan teknologi, maksudnya masih banyak guru di sekolah dasar belum mampu mengoperasikan komputer ( GAPTEK = Gagap Teknologi ), (3) Faktor lain, misalnya faktor keamanan. Sekolah yang tidak aman enggan untuk membeli komputer.
Penulisan makalah ini mengacu pada sekolah-sekolah yang telah memiliki dan memanfaatkan komputer. Syarat sebuah komputer agar dapat dimanfaatkan sebagai media pembelajaran yang memanfaatkan teknologi komunikasi dan informasi, adalah komputer tersebut harus dapat dikoneksikan ke internet. Tidak semua komputer dapat dikoneksikan ke internet. Sebagai mana yang dijelaskan Mico Pardosi 2000, komputer akan dapat dikoneksikan ke internet apabila memiliki persaratan berikut:
1) Komputer tersebut harus dilengkapi dengan modem, baik modem internal
maupun modem eksternal.
2) Komputer dengan prosessor Pentium 100 Mhz (minimal), lebih tinggi lebih baik.
3) Memiliki jaringan telepon, atau wareless .
4) Meng- install program Internet ( browser) ke dalam komputer, misalnya Internet
Explorer.
5) Mendaftarkan diri ke ISP ( Perusahaan Penyelia Jasa Internet) yang ada, misal-
Nya RADNET, INDONET, MEGANET, atau TELKOMNET.


Fasilitas internet dapat dimanfaatkan sebagai media dalam pembelajaran atau e- learning yaitu dengan memanfaatkan menu search, yaitu:
1) Hubungkan komputer ke ISP
2) Setelah komputer terhubung ke ISP, klik ganda Internet Explorer,
3) Klik menu search,
4) Ketik web atau data yang akan dicari pada kotak yang tersedia misalnya kata
“ habitat “ , maka kita akan kita dapatkan data –data yang berhubungan de-
ngan habitat. Demikian pula apabila kita mengetikkan kata-kata yang lain tentu kita akan memperoleh data –data yang kita inginkan.
Disinilah letak essensialnya internet sebagai teknologi komonikasi dan informasi yang dapat dimanfaatkan dalam dunia pembelajaran, atau E-learning.
Dengan kecanggihan internet, apabila dapat dimanfaatkan dengan tepat, maka akan menjadi sumber belajar yang sangat lengkap, ibarat sebuah perpustakaan yang menyediakan berbagai referensi.

4. Kesimpulan dan Saran
a. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diperoleh dari uraian di atas adalah:
1) Pembelajaran PAKEM dapat diciptakan melalui E-learning
( Pemanfaatan teknologi komunikasi dan informasi dalam pembelajaran ).

2) E- learning merupakan merupakan inovasi yang sangat tepat untuk dikem-
bangkan di sekolah dasar saat ini sesuai dengan perkembangan teknologi
yang sedemikian pesat, demikian pula dengan perkembangan informasi.
Dengan pembelajaran semacam ini pembelajaran PAKEM mudah tercapai,
karena pada dasarnya siswa sangat senang bermain dengan komputer.
b. Saran
Ada beberapa hal yang perlu penulis sarankan, agar e-learning di sekolah
Dasar berjalan optimal :
1) Seharusnya tiap sekolah memiliki komputer yang dapat diakseskan ke in-
ternet ( langkah ini perlu difasilitasi oleh pemerintah ).
2) Seluruh sekolah harus memeliki jaringan telepon.
3) Perlu Diklat yang dapat melatih guru SD agar terampil menggunakan
Komputer, di samping Diklat PAKEM yang dikembangkan.



















DAFTAR PUSTAKA


E Mulyasa. 2005. Menjadi Guru Profesional.
Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

http://en.wikipedia.org/wiki/ E-learning.

Indrajit, Richardus Eko. 2002. Electronic Goverment.
Yokyakarta : Penerbit Andi.

Mico Pardosi. 2001. Sistem Operasi Windows dan Internet Secara Cepat
dan Mudah. Surabaya: Penerbit Indah.

__________ 2004. Daftar Alamat Internet. Surabaya : Penerbit Indah.


Oemar Hamalik. 2003. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Bumi Aksara.