Selasa, 31 Mei 2011

MENGENAL LEBIH DEKAT MADURA

A.Suku Madura
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Suku Madura merupakan etnis dengan populasi besar di Indonesia, jumlahnya sekitar 20 juta jiwa. Mereka berasal dari Pulau Madura dan pulau-pulau sekitarnya, seperti Gili Raja, Sapudi, Raas, dan Kangean. Selain itu, orang Madura tinggal di bagian timur Jawa Timurbiasa disebut wilayah Tapal kuda,dari Pasuruan sampai utara Banyuwangi. Orang Madura yang berada di Situbondo dan Bondowoso, serta timur Probolinggo,Jember, jumlahnya paling banyak dan jarang yang bisa berbahasa Jawa, juga termasuk Surabaya Utara ,serta sebagian Malang

Disamping suku Jawa dan Sunda, orang Madura juga banyak yang bertransmigrasi ke wilayah lain terutama ke Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah, serta ke Jakarta,Tanggerang,Depok,Bogor,Bekasi,dan sekitarnya, juga Negara Timur Tengah khususnya Saudi Arabia. Beberapa kota di Kalimantan seperti Sampit dan Sambas, pernah terjadi kerusuhan etnis yang melibatkan orang Madura. Orang Madura pada dasarnya adalah orang yang suka merantau karena keadaan wilayahnya yang tidak baik untuk bertani. Orang Madura senang berdagang, terutama besi tua dan barang-barang bekas lainnya. Selain itu banyak yang bekerja menjadi nelayan dan buruh,serta beberapa ada yang berhasil menjadi,Tekonokrat,Biokrat,Mentri atau Pangkat tinggi di dunia militer.

Suku Madura terkenal karena gaya bicaranya yang blak-blakan serta sifatnya yang temperamental dan mudah tersinggung, tetapi mereka juga dikenal hemat, disiplin, dan rajin bekerja. Untuk naik haji, orang Madura sekalipun miskin pasti menyisihkan sedikit penghasilannya untuk simpanan naik haji. Selain itu orang Madura dikenal mempunyai tradisi Islam yang kuat, sekalipun kadang melakukan ritual Pethik Laut atau Rokat Tasse (sama dengan larung sesaji).

Harga diri, juga paling penting dalam kehidupan orang Madura, mereka memiliki sebuah peribahasa lebbi bagus pote tollang, atembang pote mata. Artinya, lebih baik mati (putih tulang) daripada malu (putih mata). Sifat yang seperti ini melahirkan tradisi carok pada masyarakat Madura.

B. Bahasa Madura

Bahasa Madura adalah bahasa yang digunakan Suku Madura. Bahasa Madura mempunyai penutur kurang lebih 14 juta orang [1], dan terpusat di Pulau Madura, Ujung Timur Pulau Jawa atau di kawasan yang disebut kawasan Tapal Kuda terbentang dari Pasuruan, Surabaya, Malang, sampai Banyuwangi, Kepulauan Masalembo, hingga Pulau Kalimantan.

Bahasa Kangean, walau serumpun, dianggap bahasa tersendiri.

Di Pulau Kalimantan, masyarakat Madura terpusat di kawasan Sambas, Pontianak, Bengkayang dan Ketapang, Kalimantan Barat, sedangkan di Kalimantan Tengah mereka berkonsentrasi di daerah Kotawaringin Timur, Palangkaraya dan Kapuas. Namun kebanyakan generasi muda Madura di kawasan ini sudah hilang penguasaan terhadap bahasa ibunda mereka

1. Kosa Kata
Bahasa Madura merupakan anak cabang dari bahasa Austronesia ranting Malayo-Polinesia, sehingga mempunyai kesamaan dengan bahasa-bahasa daerah lainnya di Indonesia.

Bahasa Madura banyak terpengaruh oleh Bahasa Jawa, Melayu, Bugis, Tionghoa dan lain sebagainya. Pengaruh bahasa Jawa sangat terasa dalam bentuk sistem hierarki berbahasa sebagai akibat pendudukan Mataram atas Pulau Madura. Banyak juga kata-kata dalam bahasa ini yang berakar dari bahasa Indonesia atau Melayu bahkan dengan Minangkabau, tetapi sudah tentu dengan lafal yang berbeda.

Contoh :

* bhila (huruf "a" dibaca [e] (info)) sama dengan bila = kapan
* oreng = orang
* tadha' = tidak ada (hampir sama dengan kata tadak dalam Melayu Pontianak)
* dhimma (baca: dimmah) = mana? (hampir serupa dengan dima di Minangkabau)
* tanya = sama dengan tanya
* cakalan = tongkol (hampir mirip dengan kata Bugis : cakalang tapi tidak sengau)
* onggu = sungguh, benar (dari kata sungguh)
* Kamma (baca: kammah mirip dengan kata kama di Minangkabau)= kemana?

2. Sistem Pengucapan

Bahasa Madura mempunyai sistem pelafalan yang unik. Begitu uniknya sehingga orang luar Madura yang berusaha mempelajarinyapun mengalami kesulitan, khususnya dari segi pelafalan tadi.

Bahasa Madura mempunyai lafal sentak dan ditekan terutama pada konsonan [b], [d], [j], [g], jh, dh dan bh atau pada konsonan rangkap seperti jj, dd dan bb . Namun demikian penekanan ini sering terjadi pada suku kata bagian tengah.

Sedangkan untuk sistem vokal, Bahasa Madura mengenal vokal [a], [i], [u], [e], [ə] dan [o].

3. Tingkatan Bahasa

Bahasa Madura sebagaimana bahasa-bahasa di kawasan Jawa dan Bali juga mengenal Tingkatan-tingkatan, namun agak berbeda karena hanya terbagi atas tiga tingkat yakni:

* Ja' - iya (sama dengan ngoko)
* Engghi-Enthen (sama dengan Madya)
* Engghi-Bunthen (sama dengan Krama)

Contoh :

* Berempa' arghena paona?: Mangganya berapa harganya? (Ja'-iya)
* Saponapa argheneppon paona?: Mangganya berapa harganya? (Engghi-Bunthen)

4. Dialek - dialek Bahasa Madura

Bahasa Madura juga mempunyai dialek-dialek yang tersebar di seluruh wilayah tuturnya. Di Pulau Madura sendiri pada galibnya terdapat beberapa dialek seperti:

* Dialek Bangkalan
* Dialek Sampang
* Dialek Pamekasan
* Dialek Sumenep, dan
* Dialek Kangean

Dialek yang dijadikan acuan standar Bahasa Madura adalah dialek Sumenep, karena Sumenep di masa lalu merupakan pusat kerajaan dan kebudayaan Madura. Sedangkan dialek-dialek lainnya merupakan dialek rural yang lambat laun bercampur seiring dengan mobilisasi yang terjadi di kalangan masyarakat Madura. Untuk di pulau Jawa, dialek-dialek ini seringkali bercampur dengan Bahasa Jawa sehingga kerap mereka lebih suka dipanggil sebagai Pendalungan daripada sebagai Madura. Masyarakat di Pulau Jawa, terkecuali daerah Situbondo, Bondowoso, dan bagian timur Probolinggo umumnya menguasai Bahasa Jawa selain Madura.

Contoh pada kasus kata ganti "kamu":

* kata be'en umum digunakan di Madura. Namun kata be'na dipakai di Sumenep.
* sedangkan kata kakeh untuk kamu lazim dipakai di Bangkalan bagian timur dan Sampang.
* Heddeh dan Seddeh dipakai di daerah pedesaan Bangkalan.

Khusus Dialek Kangean, dialek ini merupakan sempalan dari Bahasa Madura yang karena berbedanya hingga kerap dianggap bukan bagian Bahasa Madura, khususnya oleh masyarakat Madura daratan.

Contoh:

* akoh: saya (sengko' dalam bahasa Madura daratan)
* kaoh: kamu (be'en atau be'na dalam bahasa Madura daratan)
* berrA' : barat (berre' dengan e schwa dalam bahasa Madura daratan)
* morrAh: murah (modhe dalam bahasa Madura daratan)

5. Hubungan Bahasa Madura dengan Bahasa Bawean

Bahasa Bawean ditengarai sebagai kreolisasi bahasa Madura, karena kata-kata dasarnya yang berasal dari bahasa ini, namun bercampur aduk dengan kata-kata Melayu dan Inggris serta bahasa Jawa karena banyaknya orang Bawean yang bekerja atau bermigrasi ke Malaysia dan Singapura, Bahasa Bawean memiliki ragam dialek bahasa biasanya setiap kawasan atau kampung mempunyai dialek bahasa sendiri seperti Bahasa Bawean Dialek Daun, Dialek Kumalasa, Dialek Pudakit dan juga Dialek Diponggo. Bahasa ini dituturkan di Pulau Bawean, Gresik, Malaysia, dan Singapura. Di dua tempat terakhir ini bahasa Bawean dikenal sebagai Boyanese. Intonasi orang Bawean mudah dikenali di kalangan penutur bahasa Madura. Perbedaan kedua bahasa dapat diibaratkan dengan perbedaan antara bahasa Indonesia dan bahasa Malaysia, yang serupa tapi tak sama meskipun masing-masing dapat memahami maksudnya. Contoh-contoh:

* eson atau ehon = aku (sengkok/engkok dalam bahasa Madura)
* kalaaken = ambilkan (kalaagghi dalam bahasa Madura)
* trimakasih = terimakasih (salengkong / sakalangkong / kalangkong dalam Bahasa Madura)
* adek = depan (adek artinya dalam bahasa Madura

6. Perbandingan Bahasa Madura dengan Bahasa Lain

a. Perbandingan Bahasa Madura /Bawean dengan Bahasa Melayu

Bahasa Bawean juga banyak yang sememangnya sama dengan Bahasa Melayu, contohnya:

* Dapur (baca: Depor) = Dapur
* Kanan = Kanan
* Banyak (baca: benyyak) = Banyak
* Masuk = Masuk
* Suruh = Suruh

Perbedaan imbuhan di depan, contohnya:

* Ngakan = Makan
* Nginum = Minum
* Arangkak = Merangkak

Konsonan [j] biasanya ditukar ke [d͡ʒ], seperti:

* Bajar (baca: Bejer) = Bayar
* Lajan (baca: Lajen) = Layan
* Sembhajang (baca: sembejeng) = Sembahyang

Konsonan [w] di pertengahan pula ditukar ke konsonan [b], seperti:

* Bhabang (baca: Bebeng)= Bawang
* Jhaba (baca: Jebe) = Jawa

b. Perbandingan Bahasa Madura / Bawean dengan Bahasa Jawa

Perkataan yang sama dengan bahasa Jawa:

Bahasa Jawa = Bahasa Bawean

* Kadung = Kadung (Bahasa Melayu = Terlanjur)
* Peteng = Peteng (Bahasa Melayu = Gelap)

Konsonan [w] di pertengahan pula ditukar ke konsonan [b], seperti:

Bahasa Jawa ~ Bahasa Bawean

* Lawang = Labang(baca Labeng) (Bahasa Melayu = Pintu)

Konsonan [j] di pertengahan pula ditukar ke konsonan [d͡ʒ], seperti:

* Payu = paju (Bahasa Melayu = Laku)

c. Perbandingan Bahasa Madura/ Bawean dengan Bahasa Banjar

Perkataan yang sama dengan bahasa Banjar:

Bahasa Banjar = Bahasa Bawean

* Mukena = Mukena (Bahasa Melayu = Telekung Sembahyang)
* Bibini = Bibini (Bahasa Melayu = Perempuan)

d. Perbandingan Bahasa Madura/ Bawean dengan Bahasa Tagalog

Bahasa Bawean = Bahasa Tagalog

* Apoy = Apoy (Bahasa Melayu = Api)
* Elong = Elong; penggunaan [e] (Bahasa Melayu = Hidung)
* Matay = Mamatay (Bahasa Melayu = Mati)

Contoh:

* Eson terro ka be'na = saya sayang kamu (di Bawean ada juga yang menyebutnya Ehon, Eson tidak dikenal di bahasa Madura)
* Bhuk, badha berrus? = Buk, ada sikat? (berrus dari kata brush)
* Ekalakaken = ambilkan (di Madura ekala'aghi, ada pengaruh Jawa kuno di akhiran -aken).
* Silling = langit-langit (dari kata ceiling)

SUMBER BEASISWA UNTUK SEKOLAH DI LUAR NEGERI

Sumber beasiswa untuk sekolah di luar negeri

Mohon bantuannya untuk mem forward ke teman/milis Indonesia lainnya.

Sumber beasiswa itu untuk sekolah di luar negeri itu cukup banyak tapi
setidaknya bisa dikelompokkan ke 3 group.

Group 1: Beasiswa dari lembaga pemberi beasiswa baik untuk berasal dari
pemerintah atau non pemerintah misalnya Council for International Exchange
of Scholars (CIES), Sampoerna, dll. Lamaran ditujukan ke lembaga pemberi
beasiswa itu atau melalui organisasi yang ditunjuk oleh lembaga itu.

Group 2: Beasiswa dari tempat kita bekerja, misalnya PLN, Bank Indonesia,
dll. Sebelum krismon lebih banyak lagi lembaga pemerintah yang memberikan
beasiswa dengan ikatan dinas (tugas belajar). Banyak juga beasiswa itu yang
asalnya berasal dari dana atau hutang luar negeri.

Group 3: Beasiswa langsung dari sekolah di luar negeri.

Orang Indonesia umumnya mencari beasiswa melalui group 1 dan 2. Masih
sedikit yang mencari beasiswa langsung dari sekolah yang dituju (group 3).

Padahal, banyak sekolah di luar negeri khususnya di Amerika yang memberikan
beasiswa dalam bentuk
teaching assistantship (TA) ataupun research assistanship (RA) asalkan
Anda memiliki nilai TOEFL (Test of English as a
Foreign Language), GMAT (Graduate Management Admissions Test), atau GRE
(Graduate Record Examination) yang tinggi. Sayangnya, nilai TOEFL, GMAT, dan
GRE orang Indonesia biasanya lebih rendah dari pada nilai orang India dan
China sehingga sedikit orang Indonesia yang mendapat beasiswa langsung dari
sekolah di luar negeri.

Hal ini terjadi karena rendahnya kemampuan orang Indonesia berbahasa
Inggris. Karena itu untuk membantu teman-teman belajar bahasa Inggris secara
cepat dan mendapat beasiswa, saya susun cara belajar TOEFL, GMAT dan hal-hal
lain tentang belajar ke luar negeri susunan saya sepanjang 37
halaman yang bisa didapat gratis dengan mengirim email ke

Free-English-Course-subscribe@yahoogroups.com

http://groups.yahoo.com/group/free-english-course/

Mari kita majukan SDM Indonesia!

Jabat erat,

Ahmad Syamil
Arkansas State University
http://www.clt.astate.edu/asyamil/

Social networking for professionals:

http://www.linkedin.com/in/asyamil

Kamis, 26 Mei 2011

KISAH MADURA DI MASA LAMPAU

Oleh

Mohamad Juri, S.Pd.,MMPd

( Guru di Kecamatan Omben Kabupaten Sampang Jawa Timur )


Pengetahuan dan pemahaman terhadap suatu daerah termasuk asal usulnya sangatlah diperlukan. Demikian halnya dengan penulis ingin rasanya berbagi pengetahuan terutama terhadap generasi muda di Madura pada khususnya, dan semua pembaca pada umumnya sehingga para generasi muda paham dengan akar budayanya sendiri. Terutama sejarah tanah madura. Penulis menyadari sejarah suatu daerah kadang kala terdapat perbedaan –perbedaan antara suatu sumber dengan sumber lainnya. Namun perbedaan tersebut janganlah justru dijadikan bahan pertentangan, malah sebaiknya dijadikan wahana yang dapat memperkaya wawasan.
Dari sumber-sumber babad tanah Madura dikisahkan bahwa Pulau Madura pada zaman dahulu oleh para pengarung lautan hanya terlihat sebagai puncak-puncak tanah yang tinggi ( sekarang menjadi bukit-bukit ), dan beberapa dataran yang ketika air laut surut dataran tersebut terlihat, sedangkan apabila laut pasang dataran tersebut tidak tampak ( di bawah permukaan air ). Puncak-puncak yang terlihat tersebut diantaranya sekarang disebut Gunung Geger di Kabupaten Bangkalan dan Gunung Pajudan di kabupaten Sumenep.
Sejarah tanah Madura tidak terlepas dengan sejarah atau kejadian yang terjadi di tanah Jawa. Diceritakan bahwa pada suatu masa di pulau Jawa berdiri suatu kerajaan bernama Medangkamulan, di dalam kotanya ada sebuak keraton yang bernama keraton Giling wesi, rajanya bernama Sangyangtunggal ( menurut pendapat sebagian besar orang Madura tempat tersebut berada di sekitar Gunung Semeru atau sekitar gunung Bromo). Kala itu sekitar tahun 929 Masehi. Pendapat lain menyatakan bahwa kerajaan tersebut adalah kerajaan “Medang “ bukan “ Medangkamulan” mana yang benar tentu, memerlukan pembuktian secara ilmiah. Peristiwa ini terjadi tatkala baru terjadi letusan gunung berapi di tempat tersebut jadi sekitar tahun 929 M. Dikisahkan bahwa sang raja memiliki seorang anak gadis. Suatu ketika gadis tersebut bermimpi kemasukan rembulan ke dalam tubuhnya. Beberapa saat kemudian ternyata gadis tersebut hamil. Sang raja ( ayahandanya) selalu menanyakan siapa yang menghamilinya, namun gadis tersebut tidak menjawab. Akhirnya raja menjadi marah dan memanggil patihnya yang bernama Pranggulang. Raja memerintahkan supaya anak gadisnya dibunuh dan kepalanya disuruh dibawa kembali kepada raja. Apabila patih tidah dapat menunjukkan kepala tersebut ia tidak boleh kembali ke kerajaan dan jabatannya sebagai patih diberhentikan. Patih menyanggupi perintah raja dan membawa gadis tersebut ke sebuah hutan. Sesampainya di hutan patih Pranggulang menghunus pedang dan bermaksud memenggal kepala si gadis, namun suatu keanehan terjadi, yaitu ketika sang pedang mendekati leher si gadis pedang tersebut terjatuh dari tangan sang patih. Sang pating mengulanginya lagi untuk memenggal leher si gadis namun lagi-lagi terjadi seperti hal sebelunya, yaitu pedang terlepas dari tangan sang patih dan jatuh ke tanah. Sang patih masih berusaha mengulanginya sampai tiga kali, namun pada kali yang ketiga karena masih terjadi terjadi hal yang sama dengan dengan kejadian sebelunnya Sang Patih akhirnya duduk termenung dan berfikiran bahwa kehamilan sang gadis tentulah bukan karena kesalahan si gadis, tetapi disebabkan oleh hal yang luar biasa. Akhirnya sang patih mengalah untuk tidak kembali ke kerajaan, dan mulai saat itu sang patih berganti nama menjadi ” kyai Poleng ”, ( poleng artinya kain tenonan Madura ). Iapun merubah pakaiannya yaitu memakai kain, baju, dan ikat kepala dari kain poleng. Selanjutnya ia memotong kayu-kayu di hutan dan dibawa ke pantai dirakit menjadi ghitek ( jawa=getek).
Sang gadis oleh kyai Poleng didudukkan di atas ghitek di tepi pantai dan Kyai Poleng menendang ghitek tersebut menuju madu oro’ ( pojok di ara-ara artinya pojok menuju ke arah yang luas). Hal inilah yang menurut sebagian pendapat menjadi asul-usul nama ” Madura ”. Pendapat lain mengatakan bahwa nama Madura berasal dari kata ” Lemah Dhuro” artinya tanah yang tidak sesungguhnya, yaitu apabila air laut surut tanahnya terlihat, tetapi bila air pasang tanahnya tidak terlihat. Alkisah bahwa ghitek tersebut terdampar di suatu tempat yang saat ini tempat tersebut disebut Gunung Geger ( Disinilah asalnya tanah Madura ). Sebelum sang gadis diberangkatkan kyai Poleng berpesan jika membutuhkan pertolongan atau apa saja, maka sang Gadis di suruh menghentakkan kakinya ke tanah tiga kali, maka saat itu pula kyai poleng akan datang menolongnya. Sesampainya di Gunung Geger gadis tersebut duduk di bawah pohon pelasa ( ploso=jawa , suatu pohon berdaun halus yang saat ini mulai sukar ditemukan kebanyakan orang Madura menjadikan daunnya untuk pembungkus petis).
Suatu ketika sang gadis merasakan sakit yang luar biasa pada perutnya, diapun menjejakkan kakinya tiga kali ke tanah dan kyai polengpun datang. Ternyata sang gadis mau melahirkan. Akhirnya saat itu pula lahirlah seorang bayi laki-laki yang roman mukanya amat rupawan. Bayi tersebut diberi nama ”Raden Sagoro ” ( sagoro=laut ). Keluarga inilah yang menurut beberapa pendapat menjadi cikal-bakal penduduk Madura. Setelah sang bayi lahir Kyai Poleng akhirnya menghilang namun pada saat-saat tertentu masih mendatangi keluarga tersebut.
Diceritakan bahwa perahu-perahu para pedagang yang berlayar dari beberapa pulau di Indonesia, ketika berlayar malam hari sekitar tempat tinggal Raden Segoro, mereka sering melihat cahaya yang terang benderang seperti cahaya rembulan. Sehingga merekapun berkata apabila maksud pelayaran mereka terkabul, maka akan berhenti (berlabuh) di tempat itu ( Geger ) dan akan mengadakan selamatan dan memberi hadiah kepada yang bercahaya tersebut. Sehingga pada akhirnya tempat tersebut sering kedatangan para tamu ( pelayar ) yang terkabul maksudnya. Dan Raden Segoro beserta ibunyalah yang menerima hadiah-hadiah tersebut, karena disitu hanya tinggal seorang ibu dengan anaknya.
Ketika Raden Segoro berumur sekitar dua tahun, dia sering bermain ke pantai, hingga suatu ketika dari arah laut datanglah dua ekor ular naga yang amat besar mendekatinya. Dengan penuh ketakutan dia berlari kepada ibunya, sambil menangis dan menceritakan kejadian tersebut. Sang ibupun memanggil Kyai Poleng. Kejadian tersebut diceritakan kepada Kyai Poleng. Setelah mendengar cerita tersebut Kyai Poleng mengajak Raden Segoro bermain-main menuju pantai. Tak lama kemudian datanglah dari arah laut dua ekor ular raksasa. Kyai poleng menyuruh Raden Segoro menangkap dua ekor ulartersebut dan membantingnya ke tanah. Akan tetapi Raden Segoro tidak mematuhinya karena takut. Namun setelah dipaksa Raden Segoro menangkap dua ular raksasa itu dan membantingnya ke tanah. Seketika itu pula ular tersebut berubah menjadi dua bilah tombak. Raden Segoro memberikan tombak tersebut kepada Kyai Poleng, dan oleh kyai poleng dibawa ke Ibu Raden Segoro. Tombak tersebut diberi nama Kyai(si) Nenggolo, dan kyai (si) Aluquro. Kyai Poleng memberi tahu bahwa Kyai Aluquro untuk di simpan di dalam rumah dan Kyai Nenggolo untuk dibawa ketika bereperang. Kyai Poleng menceritakan asal –usul dua senjata pusaka tersebut kepada Raden Segoro dan ibunya. Pada zaman dahulu tanah Jawa ini kosong( tidak berpenduduk). Setelah Raja Room mengetahui hal tersebut dia mengutus panglimanya untuk menyelidiki tanah ini. Apabila tanahnya makmur diperintahkan supaya beberapa keluarga Negeri Room ditempatkan di sana. Setelah diperiksa ternyata tanah Jawa ini amat makmur. Keadaan ini akhirnya beberapa keluarga dari Negeri Room ditempatkan di sana. Namun beberapa saat setelah tinggal di tanah Jawa keluarga tersebut seluruhnya sakit dan mati. Disamping itu diceritakan pula bahwa Pulau Jawa saat itu menjadi sarang beberapa hantu yang suka makan manusia. Oleh karenanya Raja Room memerintahkan supaya empat penjuru dari tanah Jawa Supaya dipasang senjata pada tiap-tiap pojok, yaitu: Di bagian selatan ditanam Pedang Suduk, Sebelah barat bagian utara ditanam Tombak Kyai Nenggolo, Sebelah timur bagian utara ditanam pedang Suduk, dan sebelah timur bagian selatan ditanam Tombak Kyai Aluquro. Setelah itu baru keluarga dari Negeri Room dipindah ke tanah Jawa hidup dan bercocok tanam di sana.
Diceritakan pula bahwa ketika Raden Segoro berumur 7 tahun, tempat kediamannya pindah dari Gunong Geger ke Desa Nepa. Nama Nepa berasal dari nama pohon yaitu pohon Nepa, disebut pula pohon bunyok, mirip pohonkelapa tetapi tidak sebesar pohon kelapa, daunnya dapat dijadikan atap rumah, dan daun yang masih muda dapat dijadikan pembungkus rokok. Wilayah Desa Nepa saat ini termasuk wilayah kecamatan Ketapang Kabupaten Sampang, dan termasuk salah satu tempat Rekreasi karena di sana banyak kera.
Pada saat Kerajaan Medangkamulan diperintah Sangyangtunggal, berkali –kali diserang musuh yang berasal dari negeri Cina. Akibat peperangan ini rakyat Medangkamulan hampir habis dibunuh musuh. Dalam keadaan susah dan bingung Raja Sangyangtunggal memohon kepada Yang Maha Kuasa supaya diberi pertolongan. Akhirnya pada suatu malam rajapun bermimpi bertemu dengan seorang tua yang berkata bahwa di sebuah pulau yang bernama Madu Oro ( Lemah Duro = Madura ) terdapat anak muda bernama Raden Segoro, raja disuruh minta pertolongan kepada Raden Segoro bila ingin menang perang. Keesokan harinya raja memerintahkan patihnya untuk membawa beberapa perahu dan prajurit untuk meminta pertolongan Raden Segoro. Sesampainya di tanah Madura pada awalnya prajurit Medangkemulan ini ingin membawa paksa Raden Segoro ke perahu, namun disitu terjadi keanehan yaitu para prajurit itu seluruhnya lumpuh tidak punya daya dan terjadi tiupang angin yang sangat kencang yang ingin menenggelamkan perahu-perahu itu. Kejadian tersebut akhirnya patih Kerajaan Medangkamulan minta ampun kepada Raden Segoro dan ibunya. Ibu Raden Segoro selanjutnya memanggil Kyai Poleng. Kyai Poleng datang dan matur kepada ibu Raden Segoro supaya Raden Segoro bisa di bawa ke Kerajaan Medangkamulan untuk membantu peperangan melawan tentara Cina. Raden Segoropun berangkat bersama rombongan itu dengan membawa pusaka tombak Kyai Nenggolo. Kyai polengpun ikut serta, tetapi tidak menampakkan diri kepada orang lain, selain Raden Segoro.
Sesampainya di Kerajaan Medangkemulan peperangan dengan tentara Cinapun tidak dapat dielakkan Raden Segoro bertempur luar biasa dengan didampingi Kyai Poleng. Dengan menunjuk saja tombak Kyai Nenggolo ke arah musuh, musuhpun menjadi sakit secara mendadak, dan akhirnya berusaha meninggalkan kerajaan Medangkemulan dan sebagian besar mati. Dengan kemenangan tersebut raja membuat pesta besar-besaran dan memberi penghormatan kepada Raden Segoro. Raden Segoro juga diberi gelar ” Tumenggung Gemet ” oleh raja Medangkamulan.
Raja Medangkamulan berkeinginan untuk menjadikan Raden Segoro sebagai menantu, dan mengantarkannya diiringi sang patih dan prajurit pilihan. Desertai pula surat ucapan terima kasih kepada ibu Raden Segoro. Raja bertanya kepada Raden Segoro tentang siapa nama ayah Raden Segoro, maka Raden Segoro pun menjawab bahwa masih akan menanyakan hal tersebut kepada ibunya. Sesampainya di Nepa ketika para prajurit yang mengantarkan telah pulang, Raden Segoro bertanya kepada ibunya, tentang siapa nama ayahnya. Sang ibu sangat kebingungan harus menjawab apa, namun sang ibu menjawab bahwa ayahnya seorang siluman. Maka seketika itu pula ibu, Raden Segoro, dan rumahnya (Keraton Nepa) lenyap.
Demikian Riwayat asal mula penduduk tanah Madura. Hikmah dari cerita ini oleh para tetua di Madura dikesankan bahwa Raden Segoro membalas hutang eyangnya yang menghinakan ibunya dan membuang ibunya dengan pembalasan yang baik, yaitu membantu memenangkan peperangan. Selanjutnya diceritakan bahwa raden Segoro sebagai orang siluman dikemudian hari beristri Nyi Roro Kidul.
Dikisahkan pula beberapa tahun kemudian senjata Kyai Nenggolo dan Kyai Aluquro oleh Raden Segoro diberikan kepada Pengeran Demang Palakaran ( Kyai Demong ) Bupati Arosbaya ( Bangkalan ). Hingga saat ini kedua tombak pusaka tersebut masih menjadi tombak pusaka Bangkalan. Juga menurut keparcayaan orang tua –tua Kyai poleng menjadi pembantu Pangeran Demang Palakaran dan keturunnya.
Demikian cerita tentang riwayat Madura di masa lampau yang diceritakan dari mulut ke mulut oleh para orang tua-tua di Madura kepada keturunannya hingga kini. Semoga hal ini dapat menambah wawasan anak-anak saya, saudara –saudara saya tentang riwayat tanah leluhornya.

Dicetakan kembali dengan sedikit penyesuain kata-kata.

Oleh : Mohamad Juri, S.Pd.,MMPd
Guru di kecamatan Omben Kabupaten Sampang.

Sumber Pustaka: ” Sejarah Permulaan Jadinya Pulau Madura ”